Semanis Gula, Segurih Kelapa

loading...

Hari Terakhir di Selat Sunda

Krakatoa: The Last Days 

Diilhami dari kisah nyata dan catatan saksi mata pada letusan Krakatau pada tahun 1883. Film bergenre doku drama yang diproduksi oleh BBC dan disutradarai oleh Sam Miller ini mengisahkan salah satu bencana alam yang amat dahyat dan membunuh banyak manusia. Tak kurang dari 36.000 jiwa menjadi korban letusawaktu itu. Letusan Gunung Krakatau ini adalah yang terkuat dalam sejarah (setelah Tambora 68 tahun sebelum itu-1883), meletus dan menghancurkan lebih dari 18 kilometer teritrorial dalam waktu kurang daripada 48 jam.


Diceritakan dalam film ini, pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, meledaklah gunung itu. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.

Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.

Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.

Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak (Serang) hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.

Separuh jalan cerita film ini adalah catatan seorang geolog Belanda yang telah mengkaji kawasan itu dua tahun sebelum letusan dan meletakkan dasar bagi vulkanologi modern dengan pengkajiannya setelah letusan, Rogier Diederik Marius Verbeek (diperankan oleh oleh Kevin McMonagle). Juga bermain Rupert Penry-Jones sebagai Willem Beijerinck dan Olivia Williams sebagai Johanna Beijerinck.
Beberapa adegan dalam film ini campuran yaitu memakai bahasa Inggris dan Indonesia, tapi cenderung ke bahasa melayu sehingga terlihat kaku. Para pemerannya pun sepertinya bukan orang Indonesia, walau pun banyak yang berkulit gelap.

Andaikan film ini dibuat versi layar lebarnya dan digarap lebih serius lseperti film-film Hollywood, hampir bisa dipastikan mampu mengemparkan layaknya film Titanic.
Tag : Film
Back To Top